.::MEMBUNGKAM SYI’AH (HADIST PENCIPTAAN NABI ADAM)


Orang Syi’ah menjadikan Fatwa dibawah ini untuk menghujat manhaj yang haq (Salaf), dengan hadist yang sepotong tanpa penjelasan.

"Ibnu Baz berkata :"Tinggi Allah sama dengan tinggi Adam,yaitu 60 hasta atau kurang lebih 30 meter". (Majmu Fatawa al-Allamah Abdul Aziz ibnu Baz, Dar al-Ifta,jilid 4,fatwa no,2331,hal.368 )."

Untuk mengilmui perkara ini dan sebagai hujjah atas kebodohan mereka, tafaddhol disimak..

Fatwa Nomor2331
Pertanyaan 1: Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu dari Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, bahwasanya beliau bersabda Allah menciptakan Adam dalam bentuk-Nya sepanjang enam puluh hasta Apakah ini hadits shahih?

Jawaban 1: Teks hadits: Allah menciptakan Adam dalam bentuk-Nya sepanjang enam puluh hasta, kemudian Dia berfirman:

“Pergilah dan ucapkan salam kepada orang-orang tersebut. Mereka adalah para malaikat yang sedang duduk. Dengarlah balasan salam yang akan mereka ucapkan kepadamu karena salam tersebut adalah salammu dan salam anak keturunanmu!”. Adam pun akhirnya pergi dan mengucapkan: “Assalamu’alaikum”. Lantas para malaikat menjawab: “Assalamu’alaika wa Rahmatullah”. Para malaikat tersebut menambah kalimat “Wa Rahmatullah”. Siapa pun yang masuk surga maka bentuknya akan seperti bentuk Adam tingginya enam puluh hasta. Tinggi tubuh manusia terus mengalami penurunan sepeninggal Adam hingga sekarang. (HR. Ahmad, Bukhari, dan Muslim)

Derajat hadits ini adalah shahih, dan matannya tidak ada yang aneh karena ia mempunyai dua makna:

(Nomor bagian 3; Halaman 506)

Pertama: Allah tidak menciptakan Adam dengan postur tubuh kecil dan pendek sebagaimana anak-anak keturunannya lalu tumbuh dan memanjang sampai enam puluh hasta, namun sejak awal, ia diciptakan dengan fisiknya yang sempurna setinggi enam puluh hasta.

Kedua: Pronomina (kata ganti) yang terdapat dalam sabda Nabi Dalam bentuk-Nya kembali kepada lafadz jalalah (Allah), dalilnya terdapat di dalam riwayat lain yang derajatnya juga shahih Dalam bentuk Allah Yang Maha Pengasih Ini jika ditinjau dari konteks hadits secara eksplisit. Makna ini tentunya tidak berimplikasi pada adanya tasybih (penyerupaan), karena Allah telah menamakan diri-Nya dengan nama-nama yang juga dipakai oleh makhluk-Nya, dan menyifati diri-Nya dengan sifat-sifat yang dipakai makhluk-Nya. Dan hal ini sama sekali tidak berimplikasi pada adanya penyerupaan. Begitu juga dengan masalah bentuk. Ketika bentuk itu dinisbatkan kepada Alah tidaklah dengan serta merta ada penyerupaan terhadap makhluk-Nya, karena adanya kesamaan dalam nama dan arti secara umum tidak dengan serta merta berimplikasi pada adanya penyerupaan terhadap hal yang menyangkut kekhususan masing-masing dari keduanya, berdasarkan firman Allah Ta'ala: Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.

Komite Tetap Riset Ilmiah dan Fatwa

Anggota
Abdullah bin Qu'ud

Anggota
Abdullah bin Ghadyan

Wakil Ketua Komite
Abdurrazzaq `Afifi

Ketua
Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz

Sumber: http://www.alifta.net/


Komentar