Tanya:
Bersamaan
dengan momen isra miraj,
orang sering mendengung-dengungkan sidratul muntaha.
Sebenarnya apa itu sidratul muntaha?
Trim’s
Jawab:
Bismillah
was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du,
Sidratul muntaha [arab: سدرة المنتهى], Allah sebutkan makhluk istimewa ini dalam Al-Quran, di
surat An-Najm,
أَفَتُمَارُونَهُ عَلَى
مَا
يَرَى
وَلَقَدْ رَآهُ
نَزْلَةً أُخْرَى عِنْدَ
سِدْرَةِ الْمُنْتَهَى عِنْدَهَا جَنَّةُ الْمَأْوَى إِذْ
يَغْشَى السِّدْرَةَ مَا
يَغْشَى مَا
زَاغَ
الْبَصَرُ وَمَا
طَغَى
لَقَدْ
رَأَى
مِنْ
آيَاتِ
رَبِّهِ الْكُبْرَى
Apakah
kaum (musyrik Mekah) hendak membantahnya tentang apa yang telah dilihatnya?
Sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada
waktu yang lain, yaitu di Sidratil muntaha. di dekatnya ada syurga tempat
tinggal, (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratul Muntaha diliputi oleh
sesuatu yang meliputinya. penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang
dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya Dia telah melihat
sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar. (QS. An-Najm: 12 – 18)
Tafsir
Umum
Apakah
orang musyrikin hendak meragukan dan membantah bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam telah melihat Jibril. Padahal dia telah melihat Jibril
dalam bentuk aslinya sebanyak 2 kali: (1) ketika Jibril berada di atas ufuk
yang tinggi (di bawah langit dunia) dan jibril mendekat untuk menyampaikan
wahyu kepadanya. (2) ketika di Sidratil muntaha di atas langit ke tujuh,
pada saat beliau menjalani isra’ miraj.
Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat Jibril di tempat
tersebut, tempat para arwah yang tinggi dan suci, yang tidak bisa didekati
setan atau arwah yang buruk.
Di
dekat sidratul muntaha terdapat surga yang berisi seluruh puncak kenikmatan,
yang menjadi puncak angan-angan. Ini dalil bahwa surga berada di tempat yang
sangat tinggi, di atas langit ketujuh.
Ketika
sidratul muntaha diliputi dengan ketetapan dari Allah. Menjadi sesuatu yang
sangat besar dan indah dengan gemerlap warna. Tidak ada yang bisa menggambarkan
keindahannya dengan rinci kecuali Allah. Pandangan Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam tidak tolah toleh dari arah yang menjadi tujuannya, tidak juga
melebihi batas yang diizinkan. Ini menunjukkan bagaimana adab beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam.
Beliau
melihat berbagai kejadian yang luar biasa. Beliau melihat surga, melihat neraka
dan melihat kejadian gaib pada malam isra miraj. (simak Taisir Karim Ar-Rahman,
hlm. 818)
Makna
kata: Sidratul Muntaha
Sidrah
artinya pohon sidr (bidara), sama nama namun hakekatnya beda. Muntaha artinya
puncak.
Ibnu
Abbas dan para ahli tafsir mengatakan,
سميت سدرة
المنتهى لأن
علم
الملائكة ينتهي
إليها
ولم
يجاوزها أحد
إلا
رسول
الله
صلى
الله
عليه
وسلم
وحكي
عن
عبد
الله
بن
مسعود
رضي
الله
عنه
أنها
سميت
بذلك
لكونها
ينتهي
إليها
ما
يهبط
من
فوقها
وما
يصعد
من
تحتها
من
أمر
الله
تعالى
Dinamakan
sidratul muntaha (pohon puncak), karena ilmu malaikat puncaknya sampai di sini.
Tidak ada yang bisa melewatinya, kecuali Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Dan diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, bahwa
dinamakan sidratul muntaha karena semua ketetapan Allah yang turun, pangkalnya
dari sana dan semua yang naik, ujungnya ada di sana. (Ta’liqat ‘ala Shahih
Muslim, Muhamad Fuad Abdul Baqi, 1/145).
Tidak
jauh berbeda dengan apa yang dsampaikan Imam As-Sa’di. Dalam tafsirnya, beliau
menjelaskan alasan penamaan sidratul muntaha,
سميت سدرة
المنتهى، لأنه
ينتهي
إليها
ما
يعرج
من
الأرض،
وينزل
إليها
ما
ينزل
من
الله،
من
الوحي
وغيره،
أو
لانتهاء علم
الخلق
إليها
أي:
لكونها
فوق
السماوات والأرض، فهي
المنتهى في
علوها
أو
لغير
ذلك،
والله
أعلم.
Dinamakan
sidratul muntaha, karena tempat pohon ini merupakan puncak segala sesuatu yang
naik dari bumi, dan yang Allah turunkan, pangkalnya di sidratul muntaha, baik
wahyu atau lainnya. Bisa juga dimaknai, karena sidartul muntaha merupakan
puncak yang diketahui makhluk. (lebih dari itu, makhluk tidak tahu), karena
pohon ini berada di atas langit dan bumi. Sehingga sidratul muntaha merupakan
puncak ketinggian, atau lainnya. Allahu a’lam
Sifat Sidratul Muntaha
Terdapat
beberapa riwayat shahih yang menjelaskan sifat fisik Sidratul Muntaha, berikut
diantaranya,
1.
Hadis dari Anas radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
وَرُفِعَتْ لِي
سِدْرَةُ المُنْتَهَى، فَإِذَا نَبِقُهَا كَأَنَّهُ قِلاَلُ هَجَرَ
وَوَرَقُهَا كَأَنَّهُ آذَانُ
الفُيُولِ فِي
أَصْلِهَا أَرْبَعَةُ أَنْهَارٍ نَهْرَانِ بَاطِنَانِ، وَنَهْرَانِ ظَاهِرَانِ، فَسَأَلْتُ جِبْرِيلَ، فَقَالَ: أَمَّا
البَاطِنَانِ: فَفِي
الجَنَّةِ، وَأَمَّا الظَّاهِرَانِ: النِّيلُ وَالفُرَاتُ
Aku
melihat Shidratul-Muntaha di langit ke tujuh. Buahnya seperti kendi daerah
Hajar, dan daunnya seperti telinga gajah. Dari akarnya keluar dua sungai luar
dan dua sungai dalam. Kemudian aku bertanya, “Wahai Jibril, apakah keduanya
ini?” Dia menjawab, “Adapun dua yang dalam itu ada di surga sedangkan dua yang
di luar itu adalah Nil dan Eufrat.
(HR. Bukhari 3207)
Dalam
riwayat Ahmad (12673), terdapat keterangan,
رُفِعَتْ لِي
سِدْرَةُ الْمُنْتَهَى فِي
السَّمَاءِ السَّابِعَةِ
“..kemudian
aku melihat sidratul muntaha di langit ketujuh..”
2.
Hadis dari Asma bintu Abu Bakr radhiyallahu ‘anhuma, beliau mendengar
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan tentang Sidratul
Muntaha,
يَسِيرُ الرَّاكِبُ فِي
ظِلِّ
الفَنَنِ مِنْهَا مِائَةَ سَنَةٍ، أَوْ
يَسْتَظِلُّ بِظِلِّهَا مِائَةُ رَاكِبٍ، فِيهَا
فِرَاشُ الذَّهَبِ كَأَنَّ ثَمَرَهَا الْقِلَالُ
Orang
yang naik kuda baru bisa melintasi bayang-bayangnya selama seratus tahun atau
seratus penunggang kuda, bisa dinaungi bayang-bayangnya, di sana ada laron dari
emas, buahnya seperti kendi besar. (HR. Turmudzi 2541 dan beliau menilai: Hasan
Shahih).
3.
Hadis dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
حَتَّى انْتَهَى بِي
إِلَى
سِدْرَةِ المُنْتَهَى، وَغَشِيَهَا أَلْوَانٌ لاَ
أَدْرِي مَا
هِيَ
“…hingga
saya berhenti di sidratul muntaha, dan pohon ini diliputi warna, yang saya
tidak tahu apa itu.”
4.
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
لَمَّا عُرِجَ
بِي
إِلَى
السَّمَاءِ السَّابِعَةِ ذُهِبَ
بِي
إِلَى
سِدْرَةِ الْمُنْتَهَى، …. فَلَمَّا غَشِيَهَا مِنْ
أَمْرِ
اللَّهِ مَا
غَشِيَهَا، تَغَيَّرَتْ، فَمَا
أَحَدٌ
مِنَ
النَّاسِ يَسْتَطِيعُ أَنْ
يَنْعَتَهَا مِنْ
حُسْنِهَا
Ketika
saya dimi’rajkan ke langit ke tujuh, saya diajak ke sidratul muntaha,… ketika
pohon ini diliputi perintah Allah, dia berubah. Tidak ada seorangpun manusia
yang mampu menggambarkannya, karena sangat indah. (HR. Abu Ya’la Al-Mushili 3450 dan dishahihkan Husain Salim
Asad).
Dari
beberapa hadis di atas, kita bisa menyimpulkan gambaran Sidratul Muntaha,
- Sidratul muntaha bentuknya pohon, layaknya pohon bidara. Sama nama, namun beda hakekat.
- Pohon ini berada di atas langit ketujuh.
- Pohon ini sangat besar, hingga ketika penunggang kuda hendak melintasi bayang-bayangnya, dia membutuhkan waktu 100 tahun baru bisa sampai ke ujung.
- Sidratul muntaha memiliki duan dan buah
- Daun sidratul muntaha seperti telinga gajah, dan buahnya seperti kendi yang sangat besar.
- Terdapat laron-laron dari emas di sana.
- Diliputi dengan perintah Allah, hingga warnanya berubah.
- Pohon sidratul muntaha sangat indah, hingga tidak ada manusia yang mampu menggambarkan keindahannya.
- Di dekat sidratul muntaha terdapat surga
Ya
Rab, berikan kami kekuatan istiqamah dan masukkan kami ke dalam surga-Mu dengan
rahmat-Mu. Amiin
Allahu
a’lam
Dijawab
oleh Ustadz Ammi Nur Baits
Komentar
Posting Komentar