[2] Ahlus Sunnah wal Jama’ah
Pada kesempatan yang lalu pengertian
bahwa ahlus sunnah merupakan
shifat/karakter (وَصْفٌ) dan bukan merupakan
kelompok tertentu.
Maka pada kesempatan kali ini kita
akan melanjutkan pembahasan Syaikh hafidzahullah seputarta’rif/pengertian
ahlus sunnah dan kebalikannya ahli bid’ah serta kelompok sesat.
Syaikh hafidzahullah mengatakan,
Diantara firqoh (sesatpent.) yang
mana mereka mengambil aqidah mereka dengan dasar akal pikiran para guru, para
imam mereka yang mana akal pikiran tersebut pada umumnya merupakan suatu pola
pikir yang semata-mata dibangun berdasarkan hawa nafsu, seperti Syi’ah Rofidhoh[1] dan yang semisal mereka. Kelompok ini lebih
mengedepankan perkataan para guru dan imam mereka di atas firman Allah dan
sabda NabiNya shallallahu ‘alaihi was sallam padahal beliau adalah
sebaik-baik manusia.
Sebagian dari kelompok-kelompok
sesat ini mereka menisbatkan diri mereka dengan nama orang yang mendirikannya
dan orang yang menjadi peletak dasar aqidah mereka, semisal Jahmiyah[2] yang mereka menisbatkan diri mereka kepada
pendirinya[3] yaitu Jahm bin Shofwan. Demikian juga
Asya’iroh[4]mereka menisbatkan pada pendirinya yaitu Abul
Hasan Al ‘Asy’ari[5]. Demikian juga sekte Ibadiyah[6]yang mereka menisbatkan diri mereka kepada
Abdullah bin Ibad, demikian juga firqoh/kelompok sesat lainnya.
Diantara firqoh/kelompok sesat
lainnya mereka menisbatkan diri mereka kepada pemikiran mereka yang menyimpang
dari petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam atau ada juga yang
menisbatkan diri mereka kepada perbuatan buruk mereka, seperti Rofidhoh yang
menisbatkan diri mereka kepada perbuatan mereka yang menolak kekhalifahan Abu
Bakr dan ‘Umar rodhiyallahu ‘anhuma dan sikap berlepas diri mereka
dari keduanya. Demikian juga Al Qodariyah[7] yang mereka menisbatkan dirinya kepada
pemikiran mereka yang menafikan/meniadakan qodar/takdir. Demikian juga dengan
Khowarij yang menisbatkan diri mereka kepada keluarnya/pemberontakan mereka
dari pemerintah yang sah. Demikian seterusnya.
Allah Subhanahu wa
Ta’ala menjaga ahlus sunnah dari menisbatkan diri kepada selain sunnah
orang yang ma’shum/terjaga[8] dari kesalahan dan kegonjangan yaitu Muhammad
bin Abdillah shallallahu ‘alaihi was sallam yang Allah kuatkan beliau
dengan wahyu dari langit. Beliau shallallahu ‘alaihi was sallam juga
adalah orang yang tidak berkata-kata dari hawa nafsunya melainkan hanya dari
apa yang diwahyukan kepadanya. Ahlus sunnah adalah sekelompok orang yang tidak
menistbatkan diri mereka selain kepada (apa yang sesuai denganpent.) sunnah.
Demikianlah sebagaimana yang diriwayatkan dari Al Imam Malik, bahwa ada seorang
laki-laki yang bertanya kepada Al Imam Malik bin Anas, “Siapa itu Ahlus
Sunnah?” Kemudian beliau rohimahullah menjawab,
لَيْسَ لَهُمْ لَقَبٌ يَعْرِفُوْنَ بِهِ لَا جَهْمِيٌ وَلَا رَفِضِيٌ وَلَاقَدَرِيٌ
“Mereka adalah orang-orang yang
tidak punya gelar tertentu yang mereka dikenal dengannya[9], bukan seperti Jahmiyah, bukan pula seperti
Rofidhoh ataupun Qodariyah”.
Bersambung Insya Allah,….
Dikumpulkan, diterjemahkan dan
diberi catatan kaki oleh
Orang yang amat mengharapkan ampunan
Robbnya,
Aditya Budiman
[1] Rofidhoh sering disebut juga Syi’ah
imamiyah. Mereka disebut rofidhoh karena mereka meninggalkan kepemimpinan
Abu Bakr dan ‘Umar rodhiyallahu ‘anhuma (sebagai kholifah pent.)sebagaimana
yang diriwayatkan Abdullah bin Ahmad rohimahumallah dari bapaknya
yaitu Al Imam Ahmad bin Hambal, “Aku bertanya kepada ayahku siapakah
rofidhoh itu?”. Maka beliau mengatakan,
“Mereka adalah orang yang mencaci
habis-habisan Abu Bakr dan Umarrodhiyallahu ‘anhuma”.
[lihat Mauqif Ahlussunnah wal
Jama’ah baina Ahli Ahwa’ wal Bida’ oleh Syaikh Prof. DR. Ibrohim Ar
Ruhailiy hafidzahullah hal. 146/I, terbitan Maktabah Al ‘Ulum wal
Hikaam, Madinah, KSA.]
[2] Diantara aqidah sesat firqoh/kelompok ini
adalah mereka menyakini bahwa Al Qur’an adalah mahluk [padahal yang
benar Al Qur'an adalah firman/kalam Allah 'azza wa jalla pent.],
Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak benar-benar mengajak Nabi
Musa ‘alaihissalam bicara, Allah itu tidaklah melihat, Allah tidak
berada di atas Arsy. [lihat Mauqif Ahlussunnah wal Jama’ah baina Ahli
Ahwa’ wal Bida’ hal. 153/I.]
[3] Lebih tepat jika kita katakan bahwa
Jahm bin Shofwan bukanlah merupakan pendirinya
akan tetapi yang menyebarkan dan
mendakwahkannya. Sedangkan pendirinya adalah gurunya Jahm bin
Shofwan, Al Ja’du bin Dirham yang jika ditelusuri aqidah jahmiyah
ini berasal dari seorang yahudi bernama Lubaid bin Al A’shom
yang menyihir Rosulullahshallallahu ‘alaihi was sallam.
[lihat Mauqif Ahlussunnah wal
Jama’ah baina Ahli Ahwa’ wal Bida’ hal. 153-154.]
[4] Kelompok/firqoh ini merupakan pengikut Abul
Hasan Al ‘Asy’ari rohimahullah. Beliau ini dulunya
adalah seorang yang beraqidah mu’tazilah kemudian ia meninggalkan mu’tazilah dan beraqidah diantara aqidah
ahlus sunnah wal jama’ah dan mu’tazilah. Kemudian
beliau rujuk/kembali kepada aqidah ahlus sunnah wal jama’ah dan bertaubat
(dari aqidah sebelumnyapent.) dan mencocoki aqidahnya Al Imam Ahmad bin
Hambal. (Namun sangat disayangkan orang yang mengaku mengikuti manhaj
beliau rohimahullah dalam beraqidah) tetap berada pada aqidah beliau
sebelum rujuk (aqidah diantara aqidah ahlus sunnah wal jama’ah dan
mu’tazilahpent.). Asya’iroh dalam masalah iman mengikuti imannya
murji’ah, mereka mentakwil shifat-shifat Allah, (namun walaupun
demikianpent.) mereka merupakan kelompok/firqoh yang paling dekat
aqidahnya dengan ahlus sunnah wal jama’ah akan
tetapi mereka (asya’iroh) bukanlah aqidah ahlus sunnah.
(sebagaimana anggapan sebagian orang di masa kitapent.). [lihat Syarh Al
Aqidah Al Wasithiyah oleh Syaikh Muhammad Kholil
Harros rohimahullah hal. 130 dengan tahqiq dan ta’liq oleh Syaikh
‘Alwi bin Abdul Qodir As Saqof, terbitan Durorul Sunniyah, KSA].
[5] Walaupun beliau rohimahullah telah
rujuk/kembali kepada aqidah ahlus sunnah wal jama’ah. Akan tetapi orang-orang
yang mengikuti beliau secara membabi buta/taqlid buta tetap dalam aqidah yang
telah beliau tinggalkan yang menyimpang dari jalannya Nabi shallallahu
‘alaihi was sallam.
[6] Diantara aqidah sesat sekte ini adalah
:
·
Mereka mengakafirkan orang selain kelompok mereka. [lihat At Tabshir fid Din oleh Thohir bin
Muhammad Al Isparooyiniy, hal. 58, dengan tahqiq Kamal Yusuf Al Haut, terbitan
‘Alimul Kitab, Beirut.]
·
Mereka mengikuti Ziyad bin Al
Ashfar yang membolehkan taqiyah (salah satu metode dusta yang
terkenal di Syi’ahpent.) dalam berbicara dan tidak pada Amal. [lihat
I’tiqhodati Firooqil Muslimin wal Musyrikin oleh Muhammad bin Umar bin Al
Husain Ar Rooziy dikenal dengan Fakhruddin Ar Rooziy, hal. 51, dengan tahqiq
‘Ali Saami An Nasyar, terbitan Darul Kutubil ‘Ilmiyah, Beirut].
·
Guru
kami hafidzahullah mengatakan
“Mereka sama/mengikuti Khowarij dalam
masalah iman”.
[7] An Nawawi rohimahullah menyebutkan,
“Kelompok/firqoh ini disebut sebagai qodariyah karena mereka mengingkari
qodar/taqdir”. Orang pertama yang punya pemikiran ini adalah Ma’bad Al
Juhaniy dan ini terjadi masa akhir para sahabat sebagaimana diriwayatkan Al
Imam Muslim dalam Shohihnya dari Yahya bin Ya’mar. Kelompok/firqoh ini
mengingkari adanya ilmu Allah tentang suatu perbuatan sebelum terjadinya
perbuatan tersebut dalam pandangan mereka ilmu Allah hanya ada ketika suatu
perbuatan telah terjadi bahkan hal ini dinukil oleh Al Lalikaiy dengan sanadnya
yang smpai kepada Al Imam Asy Syafi’i rohimahumallah. Diantara keyakinan
mereka adalah Allah tidaklah menaqdirkan melainkan segala sesuatu terjadi
begitu saja. [kami ringkaskan dari Mauqif Ahlussunnah wal Jama’ah baina
Ahli Ahwa’ wal Bida’hal. 148-149.]. Secara khusus Nabi shallallahu ‘alaihi
was sallam menyifati kelompok ini dengan sebutan majusinya ummat beliau,
hadits (shohih) tentang ini akan datang Insya Allah Ta’ala.
[8] Yang dimaksud ma’shum adalah
Nabi shallallahu ‘alaihi was
sallam terjaga dari dosa besar dan dari terus menerus melakukan dosa kecil
serta terjaga dari kesalahan menyampaikan syari’at. Sebagaimana beliau pernah
melakukan kesalahan yaitu bermuka masam kepada Abdullah bin Ummi
Maktumrodhiyallahu ‘anhu, Allahu A’lam.
[9] Guru kami hafidzahullah mengatakan,
“Yang dimaksud dengan yang tidak
punya gelar tertentu adalah gelar selain Islam itu sendiri dan hal-hal
yang berhubungan dengan islam”,
sampai di sini perkataan
beliau hafidzahullah.
Namun kami mendapati perkataan ini
dari Syaikh Prof DR. Ibrohim bin ‘Amir Ar Ruhaily hafidzahullah dan
beliau membawakan atsar yang banyak dari para salaf dan ulama terdahulu dalam
kitabnya sekaligus disertasi beliau yang berjudul Mauqif Ahlussunnah wal
Jama’ah baina Ahli Ahwa’ wal Bida’ oleh Syaikh Prof. DR. Ibrohim Ar
Ruhailiy hafidzahullah hal. 39-44/I, terbitan Maktabah Al ‘Ulum wal
Hikaam, Madinah, KSA.
http://alhijroh.com/aqidah/fawaid-dari-kitab-tahzib-tashil-al-aqidah-al-islamiyah-3/
Komentar
Posting Komentar