.::ORANG YANG KEHILANGAN UNTANYA DI TANAH YANG SUNYI (KISAH-KISAH SHAHIH Dalam Al-Qur’an Dan Sunnah)
KISAH-KISAH SHAHIH
Dalam Al-Qur’an Dan Sunnah
Penulis : Syaikh ‘Umar Sulaiman al-Asyqor
(Guru Besar Universitas Islam Yordania)
KISAH KETIGA PULUH LIMA
ORANG YANG KEHILANGAN UNTANYA DI TANAH
YANG SUNYI
PENGANTAR
Ini adalah kisah seorang laki-laki yang kehilangan untanya di
tanah yang sunyi lagi sepi. Lalu dia tidur, tapi tiba-tiba unta itu sudah
berdiri di depan matanya. Saking bahagianya dia berucap, "Kamu adalah
tuhanku dan aku adalah hambamu." Rasulullah telah menyampaikan bahwa Allah
lebih berbahagia terhadap taubat seorang hamba daripada orang dengan untanya
yang kembali ditemukan.
NASH HADIS
Muslim meriwayatkan dalam Shahih-nya dari Samak berkata bahwa
Nu'man bin Basyir berkhutbah, "Sungguh, Allah lebih berbahagia dengan
taubat hamba-Nya daripada seorang laki-laki yang membawa makanan dan minumannya
di atas punggung unta, kemudian dia berjalan. Sesampainya di daerah yang sepi,
datanglah waktu untuk qoilulah (tidur siang). Dia turun dan berqoilulah di
bawah pohon. Dia tertidur dan untanya pergi
meninggalkannya. Dia terbangun lalu berjalan beberapa jarak,
tetapi dia tidak menemukan apa pun. Kemudian dia berjalan beberapa jarak untuk
kedua kalinya, tetapi
dia tetap tidak menemukan apa pun. Lalu dia berjalan beberapa
jarak untuk ketiga kalinya, tetapi dia masih tidak menemukan apa pun. Dia
kembali mendatangi tempat di mana dia beristirahat siang. Manakala dia sedang
duduk, tiba-tiba untanya datang berjalan hingga ia menjatuhkan tali kekangnya
di depannya. Sungguh Allah lebih berbahagia dengan taubat seorang hamba daripada
orang ini manakala dia menemukan untanya."
Samak berkata, "Sya'bi mengklaim bahwa Nu'man menyandarkan
hadis ini kepada Nabi. Adapun aku tidak mendengarnya."
TAKHRIJ HADIS
Hadis dengan lafazh ini diriwayatkan oleh Muslim dalam Shahih-nya
dari Nu'man bin Basyir dalam Kitabud Da’awat, bab dorongan taubat, 4/2103, no.
2745.
Diriwayatkan oleh Bukhari dari Abdullah bin Mas'ud secara marfu’
dalam Kitabud Da’awat, bab taubat, 11/102, no. 6308.
Diriwayatkan oleh Muslim dalam Kitabut Taubah, bab anjuran
bertaubat, 4/2103, no. 2744. Muslim juga meriwayatkannya dari Barra' bin Azib
dan Anas bin Malik.
PENJELASAN HADIS
Ini adalah kisah seorang laki-laki di mana Rasulullah menjadikannya
sebagai perumpamaan terhadap kebahagiaan Tuhan dengan taubat hamba-Nya. Kisah laki-laki
ini terjadi ketika dia melakukan perjalanan sendirian dengan bekal makanan dan
minuman di atas punggung untanya. Dia berangkat membelah daratan untuk sampai
di tempat tujuannya. Riwayat-riwayat hadis menunjukkan bahwa yang bisa melewati
daratan ini dengan selamat hanyalah orang yang telah mengenal seluk-beluk dan
liku-liku jalannya. Laki-laki ini membawa bekal makanan dan air yang cukup bagi
musafir selama dia harus membelah daratan itu. Hadishadis menerangkan bahwa
daratan ini adalah daratan yang sepi, tanpa tumbuh-tumbuhan, sunyi dan mencelakakan,
karena tidak berair dan bermakanan.
Di tengah hari laki-laki musafir ini melihat sebatang pohon di
daratan itu. Dia sangat lelah. Dia pun turun dan beristirahat di bawahnya.
Tidur siang hari memang digemari oleh banyak orang, lebih-lebih orang yang sedang
kelelahan seperti musafir ini.
Begitu dia menutup kedua matanya, untanya lalu menghilang. Ketika
dia bangun dia tidak melihatnya. Dia sangat terkejut, bukan karena rugi unta
dan makanan.
Itu adalah urusan yang mudah. Akan tetapi, hilangnya unta di
daratan seperti ini berarti mati. Oleh karena itu, dia berlari ke sana-kemari
untuk mencarinya, tetapi tidak menemukannya.
Dia kembali ke tempat semula dalam keadaan lelah dan haus. Saking
lelahnya dia pun kembali tertidur. Ketika dia bangun, dia menemukan untanya
sudah di depan matanya. Dia sangat bahagia dengan kebahagiaan seperti orang
yang selamat dari kematian. Saking bahagianya dia salah berucap kepada
Tuhannya. Dia berkata, "Ya Allah, Engkau adalah hambaku dan aku adalah
tuhanmu."
Seperti yang tertuang dalam sebagian riwayat hadis.
Rasulullah telah menyampaikan kepada kita bahwa Allah lebih
berbahagia dengan taubatnya seorang hamba daripada orang yang menemukan kembali
untanya di daratan yang mematikan tersebut, seperti yang telah dijelaskan oleh
Rasulullah.
PELAJARAN-PELAJARAN DAN FAEDAH-FAEDAH HADIS
1. Keutamaan taubat. Taubat menjadikan Allah ridha. Allah lebih
berbahagia dengan taubatnya seorang hamba daripada laki-laki yang menemukan
untanya di daratan yang mematikan tersebut.
2. Menetapkan sifat farah (berbahagia) bagi Allah. Bahagianya
Allah adalah sifat yang sesuai dengan keagungan dan kesempurnaan-Nya, tidak
disamakan dengan bahagianya makhluk. Ini berpijak kepada firman Allah,
"Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengannya dan Dialah Yang Maha
Mendengar lagi Maha Melihat." (QS. Asy-Syura: 11)
3. Kasih sayang dan rahmat Allah kepada hamba-Nya. Dia
mengembalikan unta laki-laki ini setelah dia berputus asa darinya.
4. Hendaknya seseorang berhati-hati. Seandainya lakilaki ini
mengikat untanya, maka apa yang terjadi padanya tidak akan terjadi.
5. Allah tidak menyalahkan orang yang dikuasai oleh emosi yang
berlebihan dan kehilangan kemampuan berpikir karena takut atau senang atau
marah, lalu dia mengatakan sesuatu yang tidak diinginkannya, sebagaimana Allah
tidak menyalahkan laki-laki ini atas ucapan yang dikatakannya. Seandainya dia bermaksud
mengucapkan hal itu, niscaya dia telah kufur kepada Allah.
6.
Boleh seseorang menceritakan ucapan orang lain yang salah, seperti Rasulullah
yang menceritakan ucapan laki-laki ini dan sebagaimana Al-Qur'an menyampaikan
ucapan orang-orang yang mengatakan kekufuran. Seperti ucapan mereka,
"Sesungguhnya
Allah
miskin dan kami kaya." (QS. Ali Imran: 181)
Dan
ucapan mereka, "Tangan Allah terbelenggu. Sebenarnya tangan merekalah yang
terbelenggu dan mereka itu dilaknat disebabkan apa yang telah mereka katakan
itu." (QS. Al-Maidah: 64)
sumber: http://dear.to/abusalma
Komentar
Posting Komentar