KISAH-KISAH SHAHIH
Dalam Al-Qur’an Dan Sunnah
Penulis : Syaikh ‘Umar Sulaiman al-Asyqor
(Guru Besar Universitas Islam Yordania)
KISAH KEEMPAT PULUH SATU
SEORANG ALIM YANG BERTAKTIK AGAR SELAMAT
PENGANTAR
Inilah kisah salah seorang ulama Bani Israil. Orang-orang yang
tersesat dari kaumnya ingin menjadikannya sandaran dalam menulis kitab palsu
yang mereka buat sebagai ganti dari kitab mereka yang diturunkan dari Allah.
Maka alim ini menampakkan seolah-olah dia setuju dengan kitab palsu itu,
padahal sebenarnya dia menunjuk kepada kitabullah yang digantungkan di leher di
atas dadanya di balik bajunya.
NASH HADIS
Baihaqi meriwayatkan dalam Syuabul Iman dari Abdullah, bahwa
ketika Bani Israil mengalami masa yang panjang dan hati mereka menjadi keras,
mereka membuat kitab yang diinginkan oleh hati mereka dan dihalalkan oleh lisan
mereka. Dan adalah kebenaran menjadi penghalang bagi mereka untuk mewujudkan banyak
ambisi mereka, sehingga mereka membuang kitab Allah di belakang punggung mereka
seolah-olah mereka tidak mengetahui.
Dia berkata, "Tunjukkan kitab ini kepada Bani Israil. Jika mereka
mengikuti kalian, maka biarkanlah mereka. Jika mereka menyelisihi kalian, maka
bunuhlah mereka." Dan dia berkata, "Jangan. Kirimkan dulu kepada si
fulan (seorang ulama mereka). Jika dia setuju, maka yang lain pasti
mengikuti."
Mereka lalu memanggilnya. Dia kemudian mengambil kertas dan
menulis di dalamnya kitabullah, kemudian memasukkannya ke dalam sebuah tanduk
dan dikalungkan di lehernya. Dia menutupinya dengan baju, kemudian mendatangi
mereka. Mereka menunjukkan kitab kepadanya. Mereka bertanya kepadanya, "Apakah
kamu beriman kepada kitab ini?" Lalu dia menunjuk dadanya (yakni, kitab
yang tersimpan di dalam tanduk).
Dia menjawab, "Aku beriman kepada ini. Mengapa aku tidak
beriman kepada ini?" Mereka lalu melepaskannya. Dia berkata,
"Laki-laki ini mempunyai kawan-kawan yang
datang kepadanya. Manakala ajal menjemputnya, mereka
mendatanginya. Mereka melepas pakaiannya. Mereka menemukan tanduk yang berisi
kitab. Mereka berkata,
"Apakah kalian tahu ucapannya, 'Aku beriman kepada ini.
Mengapa aku tidak beriman kepada ini?' Yang dia maksud ini adalah kitab yang
ada di tanduk ini. Maka Bani Israil terpecah menjadi tujuh puluh kelompok
lebih. Agama terbaik mereka adalah yang mengikuti pemilik tanduk ini."
TAKHRIJ HADIS
Syaikh Nashiruddin Al-Albani berkata tentang takhrij hadis ini
dalam Silsilah Al-Ahadis As-Shahihah, (6/436 no. 2694), "Diriwayatkan oleh
Baihaqi dalam Syuabul Iman (2/439/1-2) dan tanpa ragu sanadnya shahih. Akan tetapi,
aku tidak berani menyatakannya marfu’ karena ia tidak begitu jelas. Meskipun
demikian, apa pun hadis ini, ia mempunyai hukum marfu’. Wallahu a'lam."
Hadis ini memiliki pendukung yang sangat singkat. Dari hadis Abu
Musa Al-Asy'ari berkata Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya Bani Israil
menulis sebuah kitab dan membuang Taurat."
PENJELASAN HADIS
Sesungguhnya kebenaran yang Allah turunkan di dalam kitab-kitab-Nya
adalah pelindung bagi umat di mana kitab itu diturunkan dari penyimpangan dan
kesesatan. Akan tetapi, para pemilik jiwa yang sakit membenci kebenaran dan
memusuhinya. Orang-orang dengan kerusakan dan kejahatan yang telah mendarah
daging di dalam jiwa mereka selalu ingin menyesatkan hambahamba Allah dengan
kesesatan yang jauh. Oleh karena itu, mereka berusaha dengan sungguh-sungguh
untuk menyelewengkan kitab ini. Jika gagal, maka mereka membelokkan makna-makna
di dalam hati dan pemikiran manusia.
Rasulullah telah menyampaikan bahwa, ketika iman di hati Bani
Israil melemah, kerusakan merajalela di lingkungan mereka, dan orang-orang
dzalim lagi rusak menguasai mereka, mereka pun hendak mengganti agama Bani
Israil, merubah dan menyelewengkannya, maka mereka menulis kitab yang berisi
teori-teori dan prinsip- rinsip yang menyelisihi kandungan kitab mereka yang
benar. Mereka hendak membawa Bani Israil agar mengikutinya dan meninggalkan
yang diturunkan oleh Allah kepada mereka.
Sekelompok orang yang memiliki kekuasaan di kalangan mereka mengajak
kepada penerapan kesesatan melalui cara kekuatan. Siapa yang setuju dengan
mereka, maka
mereka biarkan. Dan barangsiapa menyelisihi, maka dipenggal
lehernya. Begitulah pengikut kekufuran dan kesesatan menerapkan prinsip-prinsip
mereka dengan ujung pedang, seperti yang dilakukan oleh komunisme terhadap
orang-orang yang mereka kuasai pada zaman ini. Ribuan juta orang telah dibantai
demi tercapainya penerapan prinsip-prinsip mereka.
Seorang yang cerdik di kalangan Bani Israil tidak setuju dengan
cara kekuatan. Dia mengusulkan kepada kawankawannya agar kitab ini ditunjukkan
kepada salah seorang ulama mereka. Sepertinya alim ini adalah orang yang
berpengaruh dan berpengikut. Jika dia setuju maka Bani Israil akan mengikuti
dan berjalan di belakang mereka.
Kelihatannya alim ini mengetahui tipu muslihat makar mereka.
Ketika mereka memanggilnya, dia telah mempersiapkan diri. Dia menulis kitab
yang diturunkan dari Allah dan meletakkannya di sebuah tanduk. Lalu dia menggantungkannya
di lehernya dan ditutupi oleh baju yang dipakainya. Mereka menyodorkan kitab
yang mereka buat kepadanya. Mereka bertanya, "Apakah kamu beriman kepada
ini?" Dia menunjuk dadanya tempat tanduk penyimpan kitab tersebut, lalu
dia menjawab, "Aku beriman kepada ini. Mengapa aku tidak beriman kepada
ini." Mereka memahami bahwa yang dia
maksud adalah kitab mereka. Mereka tidak menyadari bahwa maksudnya
adalah kitab yang dia tunjuk di dadanya.
Perbuatan seperti ini pernah dilakukan oleh Najasyi yang beriman
kepada Rasulullah. Dia menulis kitab yang berisi akidahnya yang benar. Manakala
para pemberontak dari kalangan kaumnya mendatanginya dan menuduhnya telah
merubah agamanya dan meninggalkan agama Isa, dia pun ditanya tentang akidahnya.
Dia menjawab, "Inilah agamaku." Seraya menunjuk kepada kitab yang tergantung
di dadanya.
Murid-muridnya mengetahui sikapnya yang sebenarnya. Ketika dia
wafat dan mereka hendak memandikannya, mereka melihat kitab di dadanya. Mereka
mengetahui akidahnya yang sebenarnya. Dan yang dia maksudkan adalah kitab
tersebut manakala dia berkata, "Aku beriman kepada ini, dan mengapa aku
tidak beriman kepada ini."
Sesudahnya, orang-orang Yahudi terpecah menjadi tujuh puluh
kelompok lebih, dan kelihatannya alim ini selamat di sisi Allah dengan
perbuatannya tersebut Tauriyah-nya
berguna baginya di sisi Allah.
Sebagian orang yang menisbatkan diri kepada Islam telah berusaha
meletakkan buku-buku di mana mereka menyelewengkan Kitabullah dengannya atau
mewajibkan kaum muslimin untuk mengikutinya dan meninggalkan Al-Qur'an, atau
mereka meletakkan jalan-jalan dan prinsip-prinsip yang dijadikan semacam
keyakinan dan prinsip yang membelokkan arah Islam dan pengikutnya.
Dan karena semua itu, maka telah banyak kaum muslimin yang
tersesat. Namun Al-Qur'an tetap terjaga dan tidak tergantikan sebagaimana
kitab-kitab yang lain.
Dengan ini Al-Qur'an selalu menjadi batu karang kokoh yang
menghadang arus kekufuran dan komunisme sepanjang sejarah.
PELAJARAN-PELAJARAN DAN
FAEDAH-FAEDAH HADIS
1. Hadis ini menunjukkan bahwa orang-orang Yahudi secara sengaja
menyelewengkan kitab mereka, dan bahwa mereka menulis kitab yang menyelisihi Taurat.
Al-Qur'an telah menyatakan peristiwa ini di beberapa ayat, seperti yang
dinyatakan oleh hadis.
2. Para pengikut kebatilan bekerja untuk mengeluarkan manusia dari
agama mereka dan merusak mereka agar bisa bebas bermain nafsu syahwat dan mendzalimi
manusia, serta melakukan apa yang mereka inginkan untuk mereka lakukan tanpa
ada yang melarang.
3. Seorang muslim agar bisa lolos dari kebatilan, dia boleh
menggunakan seperti cara yang digunakan oleh alim tersebut dan Najasyi. Allah
telah membolehkan perbuatannya. Allah telah memberi kesaksiannya bahwa golongan
yang mengikuti alim ini adalah kelompok Bani Israil terbaik. Dan sepertinya
Allah memaafkan orang seperti alim ini dengan perbuatan seperti itu, jika
kerusakan atau keburukan telah menyebar dan berkonfrontasi dalam menghadapinya tidaklah
berguna. Seandainya alim ini menghadapi kelompok yang berkuasa dengan perlawanan, niscaya kepalanya
menggelinding. Seandainya Najasyi melawan kaumnya, niscaya kepala dan
kerajaannya akan runtuh. Dan tanpa ragu, keberadaan alim ini dan penguasa itu
di atas keyakinan keduanya mengandung banyak kebaikan. Si alim mempunyai pengikut
yang teguh di atas kebenaran, sedangkan Najasyi menggunakan kekuatannya untuk
menolong Islam dan menjaga kaum muslimin.
4. Perbedaan Bani Israil menjadi tujuh puluh kelompok lebih.
Sumber: http://dear.to/abusalma
Maktabah Abu Salma al-Atsari
Dirapiin untuk kepentingan blog ini oleh: @nhawadaa chan
Dirapiin untuk kepentingan blog ini oleh: @nhawadaa chan
Komentar
Posting Komentar