SALAFI, antara Tuduhan & Kenyataan Bag. 4

[..ini sekaligus bantahan terhadap usaha licik Idahram untuk menjatuhkan kedudukan Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah dalam keilmuan..]
.. 👉 Sambungan.
SALAFI, antara Tuduhan & Kenyataan
Bag. 4
📖 Biografi Singkat Asy-Syaikh Al-Mujaddid Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah 🎓
Pembaca yang budiman, agar semakin jelas siapa sebenarnya ulama yang dijadikan bulan-bulanan oleh Syaikh Idahram dalam buku hitamnya tersebut, maka berikut ini akan kami paparkan secara ringkas biografi Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah.
Beliau adalah Muhammad bin Abdul Wahhab bin Sulaiman bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Rasyid bin Buraid bin Muhammad bin Buraid bin Musyarrof bin Umar bin Mu’dhad bin Rais bin Zakhir bin Muhammad bin Alwi bin Wuhaib bin Qosim bin Musa bin Mas’ud bin Uqbah bin Sani’ bin Nahsyal bin Syaddad bin Zuhair bin Syihab bin Rabi’ah bin Abu Suud bin Malik bin Hanzhalah bin Malik bin Zaid Manah Ibni Tamim bin Mur bin Ad bin Thabikhah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’ad bin Adnan.
Adapun ibu beliau adalah Bintu Muhammad bin Azaz Al-Musyarrofi Al-Wuhaibi At-Tamimi.⁴⁰ Nasab beliau bertemu dengan nasab Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam pada Ilyas bin Mudhar, terus sampai kepada Nabi Ismail dan Ibrahim ‘alaihimassalam. Beliau berasal dari Bani Tamim, kabilah yang dicintai oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam dan para sahabat, sebagaimana dalam riwayat berikut:
قَالَ أَبُو هُرَيْ رَةَ لََّ أَزَالُ أُحِبُّ بَنِى تَمِيمٍ مِنْ ثَلاَثٍ سَمِعْتُ هُنَّ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله لُيه وسلم سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله لُيه - - -
قَالَ - - - .» هَذِهِ صَدَقَاتُ قَ وْمِنَا « قَالَ وَجَاءَتْ صَدَقَاتُ هُمْ ف قَالَ النَّبِىُّ صلى الله لُيه وسلم .» هُمْ أَشَدُّ أُمَّتِى لََُى الدَّجَّالِ « وسلم يَ قُولُ
- - » أَ تُِْقِيهَا فَ نَِِّ هَا مِنْ وَلَدِ إِسْمَا يُِلَ « وَكَانَتْ سَبِيَّةٌ مِنْ هُمْ نُِْدَ اَُئِشَةَ فَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله لُيه وسلم
“Abu Hurairah berkata, aku selalu mencintai Bani Tamim karena tiga perkara yang aku dengarkan dari Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam. Aku mendengar Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
“Mereka (Bani Tamim) adalah umatku yang paling keras terhadap Dajjal.”
Kata Abu Hurairah, ketika datang sedekah dari Bani Tamim, maka Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, “Ini adalah sedekah dari kaum kita.” Lalu kata Abu Hurairah, ada seorang tawanan (budak) wanita dari Bani Tamim milik Aisyah radhiyallahu’anha, maka Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, “Bebaskan dia, karena sesungguhnya dia adalah keturunan Nabi Ismail ‘alaihissalam.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim]⁴¹
Beliau dilahirkan pada tahun 1115 H/1703 M di kota Uyainah pada sebuah rumah yang penuh dengan ilmu dan kemuliaan, karena Ayah, paman dan kakek beliau adalah para ulama terkemuka pada zamannya.
Beliau telah hafal Al-Qur’an sebelum berumur sepuluh tahun, lalu beliau mulai belajar fiqih kepada bapak dan pamannya sendiri sampai beliau menjadi sangat matang dalam bidang fiqih, sehingga bapak beliau pun sangat kagum dengan kekuatan hafalannya. Di samping itu beliau juga banyak menelaah kitab-kitab tafsir, hadits dan ushul. Beliau sangat giat menuntut ilmu tanpa mengenal waktu sampai beliau mampu menghafal berbagai macam matan ilmiah dalam berbagai bidang ilmu, diantara yang beliau hafal dalam ilmu bahasa Arab adalah Matan Alfiyyah Ibni Malik.
Di masa-masa belajar kepada bapak dan pamannya, beliau telah membaca kitab-kitab besar dalam mazhab Hanbali, seperti Asy-Syarhul Kabir, Al-Mugni dan Al-Inshof. Bahkan beliau sering terlibat dalam pembahasan yang mendalam bersama bapak dan pamannya dalam masalah fiqh pada kitab-kitab besar tersebut, karena menyelisihi matan Al-Muntaha dan Al-Iqna’. Pada masa ini pula beliau banyak membaca kitab-kitab Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan muridnya Al-Allamah Ibnul Qoyyim rahimahumallah.⁴²
Setelah lama belajar dari bapak dan pamannya, lalu beliau melakukan perjalanan menuntut ilmu di sekitar Najd, Bashrah, Ahsaa, Makkah dan Madinah. Di Madinah beliau belajar kepada Al-Allamah Asy-Syaikh Abdullah bin Ibrahim Asy-Syammari, dan anaknya yang dikenal ahli dalam ilmu waris (farooidh), Asy-Syaikh Ibrahim Asy-Syammari rahimahumallah, penulis kitab, “Al-‘Adzbul Faaid fi Syarhi Alfiyatil Farooidh”.
Dari kedua ulama inilah beliau diperkenalkan kepada seorang ulama ahli hadits yang terkenal, Asy-Syaikh Muhammad Hayat As-Sindi rahimahullah. Maka beliau pun belajar ilmu hadits dan rijal-nya⁴³ secara lebih mendalam kepada Asy-Syaikh Muhammad Hayat As-Sindi, sampai beliau diberi ijazah⁴⁴ atas kitab-kitab induk hadits.⁴⁵
Dari Asy-Syaikh Abdullah bin Ibrahim Asy-Syammari beliau mendapat ijazah hadits al-musalsal bil awwaliyyah,⁴⁶ yaitu hadits:
الرَّاحِمُونَ يَ رْحَمُهُمُ الرَّحْمَنُ ارْحَمُوا أَهْلَ الأَرْضِ يَ رْحَمْ كُمْ مَنْ فِى السَّمَاءِ
“Orang-orang yang penyayang disayangi oleh Allah Yang Penyayang, sayangilah penduduk bumi, niscaya yang di langit akan menyayangi kalian.” [HR. Ahmad dan Abu Daud]⁴⁷
Beliau meriwayatkan hadits ini dari dua jalan:
🏷Pertama: Dari jalan Ibnu Muflih, dari Syaikhul Islam Ahmad bin Taimiyyah dan berakhir kepada Al-Imam Ahmad bin Hanbal rahimahumullah.
🏷Kedua: Dari jalan Abdur Rahman bin Rajab, dari Al-Allamah Ibnul Qoyyim, dari gurunya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, dan juga berakhir kepada Al-Imam Ahmad bin Hanbal rahimahumullah.
Asy-Syaikh Abdullah bin Ibrahim Asy-Syammari juga memberikan ijazah periwayatan Shahih Al-Bukhari dan syarahnya, Shahih Muslim dan Syarahnya, Sunan At-Tirmidzi, Sunan An-Nasai, Sunan Abu Daud, Sunan Ibnu Majah, beberapa karya Ad-Darimi, Musnad Asy-Syafi’i, Muwattha’ Malik dan Musnad Ahmad, dengan sanad bersambung sampai kepada penulisnya.
Ijazah yang sama dalam periwayatan hadits juga diberikan kepada beliau oleh Asy-Syaikh Ali Afandi Ad-Dagistani dan Asy-Syaikh Abdul Lathif Al-Ahsai rahimahumallah.⁴⁸
Demikianlah, beliau bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu sampai harus meninggalkan tanah kelahirannya demi untuk belajar dari para ulama kaum muslimin, hingga akhirnya beliau dapat meraih ilmu yang luas, bahkan secara khusus diberikan ijazah oleh guru-guru beliau.
Beliau meninggalkan karya tulis yang cukup banyak, diantaranya Kitab Tauhid, Tsalatsatul Ushul, Al-Qawa’idul Arba’, Sittatu Ushulin Azhimah Mufidah, Nawaqidul Islam, Ba’du Fawaaid min Suratil Fatihah, Masaail Jahiliyyah, Kasyfu Syubuhat, Mukhtashar Sirah Rasulillah shallallahu’alaihi wa sallam, Mukhtashar Zadul Ma’ad, Mukhtashar Fathul Bari, Ushulul Iman, Fadhlul Islam, Adabul Masyyi Ilas Sholah dan lain-lain.
Alhamdulillah sebagian besar karya-karya beliau telah dicetak dan diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa dunia, termasuk Bahasa Indonesia.
Demikian pula kajian-kajian (dalam bentuk ceramah) penjelasan kitab-kitab beliau sudah banyak tersebar baik dalam Bahasa Arab maupun Indonesia,⁴⁹ sehingga orang yang adil dan obyektif haruslah membaca karya-karya beliau sebelum menghukumi.
Jangan hanya menerima informasi dari satu pihak yang memusuhi beliau, apalagi yang merasa kepentingan mereka dirugikan dengan dakwah tauhid dan sunnah yang beliau serukan.
Bersambung Insyaallah..
Catatan Kaki:
⁴⁰ Lihat Ulama Najd Khilal Sittah Qurun, 1/26, sebagaimana dalam Aqidah Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab As-Salafiyyah wa Atsaruha fil ‘Alam Al-Islami, 1/120.
⁴¹ HR. Al-Bukhari no. 2405 dan Muslim no. 2525 dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu.
⁴² Lihat Min A’lamil Mujaddidin, Syaikh Shalih Al-Fauzan, hal. 83-88.
⁴³ Ilmu rijalul hadits ini kelak diwariskan oleh cucu beliau Asy-Syaikh Sulaiman bin Abdullah bin Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahumullah penulis kitab Taisirul ‘Azizil Hamid. Guru kami di Najd, Asy-Syaikh Ahmad Al-Khudairi hafizhahullah (Da’i Kementerian Agama Saudi dan Imam Masjid Al-Muqbil di kota Buraidah, Al-Qosim, KSA) mengatakan, “Syaikh Sulaiman menghapal rijal (perawi-perawi) Kutubus Sittah melebihi hapalannya terhadap rijal (penduduk) kampung kecil Dir’iyyah.”
⁴⁴ Orang yang belajar sampai diberi ijazah oleh gurunya menunjukkan kematangannya dalam ilmu tersebut, ini sekaligus bantahan terhadap usaha licik Idahram untuk menjatuhkan kedudukan Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah dalam keilmuan. Dengan sombongnya saudara Idahram berkata, “Pengetahuan agamanya kurang memadai...” (Sejarah Berdarah..., hal. 31)
⁴⁵ Lihat Tarjamatul Muallif: Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab, Syaikh Fahd bin Nashir bin Ibrahim As-Sulaiman hafizhahullah, dicetak bersama Syarhu Kasyfisy Syubuhat, Asy-Syaikh Al-‘Utsaimin rahimahullah, hal. 7-8.
⁴⁶ Hadits ini diistilahkan oleh Muhadditsin dengan al-musalsal bil awwaliyyah, yang artinya hadits bersambung pada periwayatan yang pertama, dikarenakan para muhaddits apabila akan memberikakan ijazah periwayatan hadits kepada muridnya, maka mereka akan mulai dengan hadits ini dengan mengatakan kepada perawi di bawahnya, “Dan ini adalah hadits pertama yang aku dengar dari guruku”. Hal ini dilakukan sebagai peringatan bahwa ilmu ini dibangun di atas dasar kasih sayang dan kelembutan kepada para penuntut ilmu dan pencari kebenaran.
Peringatan ini sangat berpengaruh dalam diri Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah, sehingga sudah menjadi ciri khas beliau dalam penulisan kitab, beliau selalu mendoakan para pembaca kitabnya dengan, “Rahimakallah (semoga Allah Ta’ala menyayangimu.” (lihat Syarhu Tsalatsatil Ushul, Asy-Syaikh Shalih Aalusy Syaikh, dicetak bersama Jami’usy Syuruh hal. 424).
⁴⁷ HR. Ahmad no. 6494 dan Abu Daud no. 4943 dari Abdullah bin Amr bin Ash radhiyallahu’anhuma, dan dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahihul Jami’, no. 3522.
⁴⁸ Lihat Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, Aqidatuhu As-Salafiyyah wa Da’watuhu Al-Islahiyyah wa Tsanaul Ulama ‘alaihi, karya Qadhi Mahkamah Syar’iyyah Negeri Qatar, Asy-Syaikh Ahmad bin Hajar bin Muhammad Alu Abu Thaami rahimahullah, hal. 11-12, cet. Ke-2, softcopy 1393 H. Buku ini juga diberi kata pengantar dan dikoreksi oleh Asy-Syaikh Bin Baz rahimahullah.
⁴⁹ Alhamdulillah kami memiliki karya ilmiah berupa ceramah penjelasan Kitab Tauhid (dalam 5 CD dan 67 bab, disertai 1000 tanya jawab), Tsalatsatul Ushul, Al-Qawa’idul Arba’, Sittatu Ushulin Azhimah Mufidah, Nawaqidul Islam, Ba’du Fawaaid min Suratil Fatihah dan Masaail Jahiliyyah (128 Bab). Bagi yang ingin mendengarkannya kami persilahkan dengan senang hati. Para ustadz yang lain juga memiliki karya ilmiah yang serupa dan lebih bagus dari apa yang kami sampaikan.
“Mereka (Bani Tamim) adalah umatku yang paling keras terhadap Dajjal.”
☆Dirapiin untuk bacaan FB,
oleh @nhc ummu Yp,
dengan penuh Cinta .. 💐💜

Komentar