SALAFI, antara Tuduhan & Kenyataan Bag. 9

[Wahai saudara Idahram, apakah memang berdusta ringan di sisimu? Sehingga dengan mudahnya engkau terima dan engkau sebarkan setiap kabar yang sampai kepadamu tanpa melakukan klarifikasi?]
Sambungan..
SALAFI, antara Tuduhan & Kenyataan
Bag. 9
Meluruskan Kedustaan Sejarah Versi Syaikh Idahram
Mengawali kedustaan-kedustaannya, saudara Idahram kembali mendasarkan “fakta-fakta” sejarahnya (pada hal. 65) kepada sejarawan kafir (?) yang bernama, Vladimir Borisovich Lotsky.
Maka kami ingatkan kembali, bahwa menempuh segala cara seperti ini bukanlah cara yang dibenarkan dalam Islam. Ajaran Islam menuntun kita untuk berhati-hati dalam menerima berita, tidak begitu saja mempercayai dan menyebarkan setiap berita yang kita dengar. Allah Ta’ala berfirman:
يَا أَيُّ هَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن جَاءكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَأٍ فَ تَبَ يَّ نُوا أَن تُصِيبُوا قَ وْاما بِجَهَالَةٍ فَ تُصْبِحُوا لَُ ى مَا فَ عَلْتُمْ نَادِمِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” [Al-Hujurat: 6]
Al-Imam Muslim rahimahullah berkata tentang makna ayat di atas dalam Muqaddimah Shahih-nya,
فَدَلَّ بِمَا ذكََرْنَا مِنْ هَذِهِ الْْ أَنَّ خَبَ رَ الْ اََسِقِ سَاقِطٌ غَيْ رُ مَقْبُولٍ، وَأَنَّ شَهَادَةَ غَيْرِ الْعَدْ لِ مَرْدُودَة
“Maka ayat ini menunjukkan sebagaimana yang kami sebutkan, bahwa kabar yang berasal dari orang fasik itu jatuh, tidak boleh diterima. Dan persaksian seorang yang tidak adil (yaitu tidak beriman dan bertakwa) tertolak.”⁷²
Bahkan yang lebih parah lagi, yang menunjukkan buku Sejarah Berdarah ini sangat tidak ilmiah, adalah penukilan ucapan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah bukan dari kitab-kitab beliau secara langsung, tapi dari orang yang sangat terkenal memusuhi beliau dan tidak segan berdusta demi untuk menjatuhkan beliau, yaitu Ahmad Zaini Dahlan.
Perhatikan ucapan Ahmad Zaini Dahlan yang dia sandarkan -secara dusta tanpa menyertakan bukti ilmiah sedikit pun- kepada Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah seperti yang dikutip oleh saudara Idahram:
“Siapa saja yang masuk ke dalam dakwah kami, maka dia memiliki hak dan kewajiban sama dengan kami, dan siapa saja yang tidak masuk (ke dalam dakwah kami) bersama kami, maka dia kafir, halal nyawa dan hartanya.” (Sejarah Berdarah..., hal. 68)
سُبْحَانَكَ هَذَا ب هُْتَانٌ يََُِّمٌ
“Maha Suci Engkau (Ya Rabb kami), ini adalah dusta yang besar.” [An-Nur: 16]
Wahai saudara Idahram, apakah memang berdusta ringan di sisimu? Sehingga dengan mudahnya engkau terima dan engkau sebarkan setiap kabar yang sampai kepadamu tanpa melakukan klarifikasi? Tidakkah engkau mendengar sabda Nabi shallallahu’alaihi wa sallam:
كَ ىََ بِالْمَرْءِ كَذِباا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ
“Cukuplah seorang dianggap pendusta, jika dia menceritakan setiap yang ia dengar.” [HR. Muslim]⁷³
Pembaca yang budiman, benarkah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah mengkafirkan dan menghalalkan darah kaum muslimin yang tidak mengikuti dakwah beliau?
Tuduhan ini sebenarnya bukan hal baru, di masa beliau hidup, para tokoh kesyirikan atau bid’ah yang terusik dengan dakwah tauhid dan sunnah yang beliau serukan, berusaha terus mempertahankan kesyirikan dan bid’ah mereka di tengah-tengah masyarakat, tanpa peduli walaupun harus berdusta atas nama beliau agar masyarakat tidak mengikuti seruan beliau. Maka beliau pun tidak tinggal diam, beliau membantah tuduhan dusta tersebut.
Beliau berkata,
“Orang yang mengatakan bahwa Ibnu Abdil Wahhab berkata, “Siapa yang tidak masuk dalam ketaatan terhadap (dakwah)ku maka ia kafir”, maka kami katakan, subhanallah ini adalah kedustaan yang besar, bahkan kami bersaksi kepada Allah Ta’ala Yang Maha Mengetahui apa yang ada dalam hati kami, bahwa siapa saja yang mentauhidkan Allah dan berlepas diri dari kesyirikan dan pelakunya, maka ia adalah seorang muslim, kapan dan di mana pun ia berada. Kami hanyalah mengkafirkan orang yang menyekutukan Allah Ta’ala dalam ilahiyyah setelah jelas baginya hujjah atas batilnya kesyirikan.”⁷⁴
Beliau juga berkata,
“Adapun kedustaan dan fitnah, adalah seperti ucapan mereka bahwa kami mengkafirkan semuanya, kami mewajibkan hijrah kepada kami bagi orang yang mampu menampakkan agama di daerahnya, kami mengkafirkan siapa yang tidak mengkafirkan dan tidak ikut berperang, dan masih banyak lagi kedustaan mereka, kami tegaskan ini semua dusta dan fitnah, yang mereka inginkan hanyalah menghalangi manusia dari dakwah kepada agama Allah dan Rasul-Nya yang kami serukan.”⁷⁵
Buku Ahmad Zaini Dahlan yang dijadikan referensi oleh saudara Idahram, sebenarnya dari awal sampai akhir telah dibantah oleh ulama besar ahli hadits asal India, Syaikh Muhammad Basyir As-Sahsawani rahimahullah dalam sebuah kitab yang beliau beri judul, “Shiyanatul Insan ‘an Waswasati Syaikh Dahlan”, yang artinya, “Penjagaan Terhadap Manusia dari Bisikan-bisikan Ahmad Zaini Dahlan” yang diberikan kata pengantar oleh Syaikh Muhammad Rasyid Ridha rahimahullah wa ghafara lahu dari Mesir, pada salah satu cetakannya.
Kesimpulan dari bantahan beliau kepada Dahlan, “Bahwa semua tuduhan Dahlan hanyalah kedustaan tanpa diragukan lagi, hal ini dapat diketahui bagi mereka yang memiliki secuil iman, ilmu dan akal.”⁷⁶
Beliau juga memaparkan hasil pertemuan langsung dan penelitian beliau terhadap kitab-kitab Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah dan murid-muridnya.
Beliau berkata,
“Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan pengikut-pengikutnya tidak pernah sekali pun mengkafirkan seorang muslim, mereka (Salafi) juga tidak pernah berkeyakinan bahwa kaum muslimin hanya mereka saja sedangkan yang berbeda dengan mereka semuanya musyrik. Mereka juga tidak pernah menghalalkan pembunuhan terhadap Ahlus Sunnah dan menawan wanita-wanita mereka. Sungguh aku telah berjumpa dengan lebih dari satu ulama pengikut Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, aku juga telah banyak menelaah buku-buku mereka, aku tidak menemukan adanya penyimpangan-penyimpangan ini baik pada sumbernya maupun pengaruhnya. Ini semua hanyalah fitnah dan dusta.”⁷⁷
وَالَّذِ تَ وَلَّى كِبْ رَهُ مِنْ هُمْ لَهُ ذََُابٌ يََُِّمٌ
“Dan siapa diantara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar.”⁷⁸ [An-Nuur: 11]
Untuk lebih jelasnya, bagaimana kedustaan dan pemutarbalikkan fakta sejarah yang dilakukan saudara Idahram demi untuk mencitrakan keburukan terhadap dakwah tauhid
dan sunnah yang diserukan oleh Salafi, maka insya Allah Ta’ala akan kami paparkan bukti-bukti ilmiah secara lebih terperinci dalam pembahasan berikut:
💧1. Penyerangan Terhadap Karbala
Karbala adalah satu kota yang dihuni oleh orang-orang Syi’ah. Mereka mengklaim di sana terdapat kuburan Al-Husain bin Ali radhiyallahu’anhuma. Bukan hanya itu, mereka anggap Karbala adalah kota suci mereka, selain Makkah dan Madinah. Kuburan Al-Husain radhiyallahu’anhu pun mereka sembah, mereka memohon kepadanya dan berhaji ke kuburannya. Bahkan mereka meyakini, shalat tidak sah selain di atas tanah Karbala.
Inilah fakta kesyirikan dan bid’ah yang dilakukan kaum Syi’ah, namun dalam bukunya tersebut, penyimpangan ini didiamkan saja oleh saudara Idahram.
Padahal wajib bagi kaum muslimin untuk merubah kemungkaran dengan kekuatan jika mampu, jika tidak maka dengan lisan, jika tidak mampu juga dengan lisan maka minimalnya benci dengan hati, bukan malah mendiamkan dan menyetujui kesyirikan tersebut. Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ رَأَى مِنْكُ مْ مُنْكَارا فَ لْيُ غَيِّ رْهُ بِيَدِهِ فَ نِِْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَ نِِْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَ فُ الِْيمَان
“Barangsiapa melihat suatu kemungkaran maka rubahlah dengan tangannya, jika dia tidak mampu maka dengan lisannya, jika tidak mampu juga maka dengan hatinya, dan itulah selemah-lemahnya iman.” [HR. Muslim]⁷⁹
Karena kesyirikan yang dilakukan oleh orang-orang Syi’ah sehingga banyak ulama terdahulu, termasuk ulama dari empat mazhab, menganggap Syi’ah bukan termasuk kaum muslimin, apalagi mau dianggap mazhab yang sah dalam Islam-seperti klaim saudara Idahram (pada hal. 208)-.
Sebab syarat utama menjadi muslim adalah memurnikan penyembahan terhadap Allah Ta’ala sebagai konsekuensi syahadat Laa Ilaaha Illallah. Sedangkan orang-orang Syi’ah, disamping menyembah Allah Ta’ala, mereka juga menyembah Al-Husain dan para imam mereka, mereka berhaji ke baitullah dan mereka juga berhaji ke kuburan Al-Husain di Karbala.
Al-Imam Al-Bukhari rahimahullah berkata:
وما أبالي صليت خلف الجهمي والرافضي ، أم صليت خلف اليهود والنصارى ، لَّ يسلم لُيهم ، ولَّ يعادون ، ولَّ يناكحون ، ولَّ
يشهدون ، ولَّ تؤكل ذبائحهم
“Bagiku sama saja, sholat di belakang seorang Jahmi⁸⁰ dan Rafidhi⁸¹ ataupun di belakang Yahudi dan Nasrani.⁸² tidak boleh menyalami mereka, tidak boleh dijenguk ketika sakit, tidak boleh dinikahkan (dengan seorang muslim), tidak disaksikan jenazahnya, dan tidak boleh dimakan sembelihannya.”⁸³
Namun yang menjadi masalah adalah pengkhianatan ilmiah yang dilakukan saudara Idahram terhadap kisah peperangan pasukan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah dengan orang-orang Syi’ah di Karbala.
Idahram menceritakan peperangan Karbala (pada hal. 70-77) tanpa sedikit pun menyebutkan sebab terjadinya peperangan tersebut. Sehingga terkesan pasukan beliau menyerang duluan dan tanpa sebab, dan seperti biasa, saudara Idahram juga menyandarkan fakta sejarahnya kepada sejarawan kafir (?) yang bernama Charles Allen (pada hal. 71).
Padahal, penyerangan ke Karbala hanyalah serangan balasan setelah orang-orang Syi’ah Karbala melakukan penyerangan terhadap para pengikut dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah.
Mari kita lihat rangkaian kejadian sebelum penyerangan ke Karbala.
Saudara Idahram berkata, “Pada bulan Dzul Qa’dah tahun 1216 H/1802 M, putra tertua Abd al-Aziz yang bernama Saud ibnu Saud menyerang Karbala bersama 12.000 pasukannya.” (Sejarah Berdarah..., hal. 71)
Sangat disayangkan, saudara Idahram menafikan rangkaian kejadian sebelumnya yang menjadi sebab penyerangan tersebut. Apakah karena memang dia tidak tahu ataukah pura-pura tidak tahu demi untuk menjatuhkan dakwah tauhid dan sunnah?! Yang pasti, para ahli sejarah menceritakan rangkaian kejadian tersebut sebagai berikut:⁸⁴
Pada tahun 1213 H/1798 M, Gubernur Baghdad, Sulaiman Basya dan wakilnya Ali Basya menyiapkan pasukan untuk menyerang Ahsaa, dan banyak pasukan ini berasal dari kabilah Al-Jaza’il, mereka adalah kaum Syi’ah Karbala, penyembah kuburan Al-Husain radhiyallahu’anhu.
Pasukan ini dipimpin oleh Ali Basya, mereka mengepung benteng penduduk Ahsaa selama berhari-hari namun pada akhirnya gagal tanpa meraih kemenangan sedikit pun, mereka lalu memutuskan untuk pulang ke Baghdad.
Ketika mereka dalam perjalanan pulang, barulah pasukan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah dari Dir’iyyah sampai ke Ahsaa yang dipimpin oleh Al-Imam Su’ud rahimahullah. Beliau pun mengejar pasukan Ali Basya untuk membalas kezaliman mereka terhadap penduduk Ahsaa.
Beliau berhasil mengejar mereka hingga terjadi pertempuran yang sengit antara dua pasukan, sampai pada akhirnya Ali Basya memohon perdamaian dan diterima oleh Al-Imam Su’ud rahimahullah.
Pada tahun 1214 H/1799 M, kabilah Al-Jaza’il, kaum Syi’ah Karbala mengkhianati perjanjian damai ini, mereka membunuh ratusan pengikut dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah di dekat kota Najaf.
Maka Al-Imam Abdul Aziz bin Muhammad rahimahumallah, pemimpin Saudi Arabia ketika itu meminta pertanggungjawaban Gubernur Baghdad atas pengkhianatan terhadap perjanjian yang dilakukan oleh orang-orang Syi’ah, namun permintaan diyah (denda pembunuhan) ini tidak diindahkan oleh Baghdad maupun Karbala, sampai hampir dua tahun lamanya.
Maka barulah pada tahun 1216 H/1801 M, pasukan Saudi yang dipimpin oleh Al-Imam Su’ud rahimahullah menyerang Karbala sebagai hukuman dan pembalasan (qishas) terhadap pembunuhan yang mereka lakukan, sekaligus menghancurkan dan meratakan kuburan Al-Husain bin Ali radhiyallahu’anhuma yang mereka jadikan berhala. Inilah sesungguhnya hakikat peperangan Karbala.
Bersambung Insyaallah..
 Catatan Kaki 🦶:
⁷² Shahih Muslim, 1/8.
⁷³ HR. Muslim no. 7 dari Hafsh bin ‘Ashim radhiyallahu’anhu.
⁷⁴ Lihat Majmu’ Muallafah Asy-Syaikh, 5/60, sebagaimana dalam Da’awa Al-Munawiin, hal. 220.
⁷⁵ Lihat Majmu’ Muallafah Asy-Syaikh, 3/11, sebagaimana dalam Da’awa Al-Munawiin, hal. 221.
⁷⁶ Lihat Shiyanatul Insan, hal. 485, sebagaimana dalam Da’awa Al-Munawiin, hal. 226.
⁷⁸ Lihat Shiyanatul Insan, hal. 486, sebagaimana dalam Da’awa Al-Munawiin, hal. 226.
⁷⁸ Ayat yang mulia ini semoga menjadi peringatan kepada penulis, penerbit, penjual dan penganjur buku Sejarah Berdarah yang penuh dengan kedustaan ini, hadaahumullah.
⁷⁹ HR. Muslim no. 186 dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu’anhu.
⁸⁰ Jahmi adalah orang Jahmiyyah, kelompok sesat yang berpendapat Al-Qur’an adalah makhluq dan masih banyak kesesatan lain.
⁸¹ Rafidhi adalah orang Syi’ah Rafidhah, dari kata rafdh yang artinya menolak, dinamakan demikian karena mereka menolak kekhilafahan Abu Bakar dan Umar, dalam hal ini mereka menyelisihi Ali bin Abi Thalib sendiri dan seluruh sahabat yang sepakat atas kehilafahan Syaikhain radhiyallahu’anhum.
⁸² Artinya Al-Imam Al-Bukhari rahimahullah menganggap Jahmiyah dan Rafidhah sama dengan Yahudi dan Nasrani, tidak boleh sholat di belakangnya.
⁸³ Al-Asma’ was Shifaat, Abu Bakar Ahmad bin Husain Al-Baihaqi, 1/616, no. 561.
⁸⁴ Fakta-fakta sejarah ini diungkap oleh gabungan peneliti sejarah yang menulis sebuah ensiklopedi sejarah Jazirah Arab dan dunia (khususnya sejarah Arab Saudi) yang berjudul, “Mausu’ah Muqotil Min Ash-Shohro”. Para peneliti yang terlibat dalam penyusunan ensiklopedi sejarah ini adalah Prof. Dr. Ibrahim Al-Qurasyi Utsman, Prof. Dr. Ahmad Abdul Baqi Al-’Ayyath, Prof. Dr. Ahmad Umar Hasyim, Dr. Ibrahim Hamd Al-Qa’id, Dr. Ibrahim Shalih Ad-Dausari, dan lain-lain. Ensiklopedi ini murni membahas sejarah tanpa memberikan penilaian, baik pujian dan celaan terhadap para pelaku sejarah tersebut. Untuk membaca ensiklopedi ini bisa melalui website resminya http://www.moqatel.com.
📑🖊 Disunting dan dirapiin untuk posted di FB (agar nyaman di-ilmui),dengan izin Allah ﷻ, by @nhc ummu my beloved son.
🌷 Selalu dengan rasa cinta kepada saudara/i ku kaum Muslimin/Mah, wherever you are .. 🌹💙

Komentar