SALAFI, antara Tuduhan & Kenyataan Bag.19

 [Ternyata tuduhan dusta ini kembali kepadanya, dalam menafsirkan hadits² tentang Khawarij dia tidak merujuk kepada ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah dari empat mazhab tapi dari akalnya sendiri.]


๐Ÿ“‹SALAFI, antara Tuduhan & Kenyataan
Bag. 19 (Sambungan)๐Ÿ“š

๐ŸŒทYang Perlu Dicermati๐ŸŒท

Pembaca yang budiman, yang perlu dicermati dari buku Sejarah Berdarah ini, mengapa pada bagian awal buku dimulai dengan menjelek-jelekan Salafi, tidak peduli walau harus berdusta?!

Jawabannya ada di akhir buku tersebut, yaitu agar kaum muslimin berpaling dari manhaj (metode beragama) Salaf, yaitu memahami agama yang mulia ini berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah yang sesuai dengan pemahaman Salaf.

Pada bagian akhir bukunya, saudara Idahram membuat satu bab khusus untuk menolak manhaj Salaf dengan judul “Kerancuan Konsep & Manhaj Salafi Wahabi,” yang insya Allah Ta’ala akan kami jawab dengan dalil Al-Qur’an, As-Sunnah, ijma’ sahabat dan penjelasan ulama dari empat mazhab dan ulama lainnya.

Jadi masalahnya, ada pada fanatisme terhadap kebid’ahan yang sangat bertentangan dengan jalan Salaf, jalan Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam dan sahabat beliau.

Penulisnya tidak rela kalau umat Islam meninggalkan bid’ah dan mengikuti manhaj Salaf. Maka dijadikanlah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah sebagai kambing hitamnya, sebab tidak mungkin dia berani mencaci maki Salaf atau memperbanyak dusta atas nama Salaf dan memfitnah mereka.

Olehnya sebelum jauh kita melangkah, perlu kami tegaskan, Salafi adalah pengikut Salaf, yaitu Rasulullah Muhammad bin Abdullah shallallahu’alaihi wa sallam dan sahabat beliau, bukan pengikut Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah.

Hanyalah kita mengikuti Syaikh ketika beliau mengikuti manhaj Salaf, jika beliau tersalah dalam satu masalah dan bertentangan dengan manhaj Salaf maka kita tidak mengikuti pendapat beliau.

Sehingga, “fakta-fakta” sejarah yang berisi fitnah dan dusta itu, andaikan benar sekali pun, tidak ada pengaruhnya sama sekali terhadap Salafi dan kewajiban mengikuti manhaj Salaf.

Artinya, andaikan tuduhan-tuduhan keji yang dialamatkan kepada Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah itu benar adanya, sama sekali tidak bisa dijadikan alasan untuk menjelek-jelekan Salafi, sebab Salafi telah ada jauh sebelum berdirinya Kerajaan Saudi Arabia, dan Salafi tidak hanya di Saudi saja.

Kalau kemudian ada yang mengaku-ngaku Salafi lalu ternyata dia melakukan hal-hal yang bertentangan dengan manhaj Salaf itu sendiri, tentunya tidak bisa kita menyalahkan manhaj yang mulia ini, sebagaimana kita tidak bisa menyalahkan semua Salafi di dunia ini.

Tetapi alhamdulillah, tuduhan-tuduhan kepada Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah hanyalah kedustaan dan kesalahpahaman belaka, maka patut kalau kami membela seorang ulama yang terzalimi, meski pun tujuan utama kami dalam buku ini bukanlah sekedar membela beliau, melainkan untuk meluruskan pemahaman yang menyimpang dari manhaj Salaf dan mengajak umat Islam secara umum, khususnya Penulis buku Sejarah Berdarah dan kelompoknya untuk kembali kepada kebenaran, yaitu kepada manhaj Salaf yang Allah Ta’ala perintahkan untuk diikuti.

๐Ÿ”ธ️Meluruskan Penakwilan Hadits-hadits tentang Khawarij Versi Syaikh Idahram๐Ÿ”ธ️

Layaknya ulama besar dalam bidang hadits, saudara Idahram berusaha menakwil hadits-hadits Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam sesuai dengan hawa nafsunya demi untuk menjatuhkan dakwah kepada tauhid dan sunnah yang diserukan oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah.

Dengan seenaknya saudara Idahram memaksakan bahwa celaan yang dimaksud dalam hadits-hadits tersebut tertuju kepada seorang ulama yang mulia dan para pengikutnya yang berusaha mengamalkan tauhid dan sunnah dengan sebenar-benarnya.

๐Ÿ”ธ️Tidak Beradab kepada Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam๐Ÿ”ธ️

Buku Sejarah Berdarah ini pun masih disertai dengan ungkapan tidak sopan dan tidak beradab kepada Nabi shallallahu’alaihi wa sallam dengan mengatakan bahwa hadits-hadits tersebut adalah “prediksi”¹⁰⁶ dan “ramalan”¹⁰⁷ Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam. Apakah kalian menyamakan Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam dengan pengamat sepak bola dan peramal?

Padahal ulama seluruhnya sepakat bahwa apa yang diucapkan Nabi shallallahu’alaihi wa sallam adalah wahyu Allah Tabaraka wa Ta’ala, bukan hasil prediksi atau ramalan beliau.

Allah Ta’ala berfirman:

ูˆَู…َุง ูŠَู†ุทِู‚ُ ู†َُِ ุงู„ْู‡َูˆَู‰َ ุฅِู†ْ ู‡ُูˆَ ุฅِู„َّّ ูˆَุญْูŠٌ ูŠُูˆุญَู‰َ

“Dan tiadalah yang diucapkannya itu, menurut kemauan hawa nafsunya, ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).”
[An-Najm: 3-4]

Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan,

ุฃَ : ุฅِู†َّู…َุง ูŠَ ู‚ُูˆู„ُ ู…َุง ุฃُู…ِุฑَ ุจِู‡ِ، ูŠ ุจَُ ู„ِّุบُู‡ُ ุฅِู„َู‰ ุงู„ู†َّุงุณِ ูƒَุงู…ِุงู„ุง ู…ูˆูَّ ุงุฑุง ู…ِู†ْ ุบَูŠْุฑِ ุฒِูŠَุงุฏَุฉٍ ูˆَู„ََّ ู† ู‚ُْุตَุงู†ٍ

“Maksud ayat ini adalah, hakikat yang diucapkan oleh Nabi shallallahu’alaihi wa sallam adalah wahyu yang Allah perintahkan kepadanya untuk disampaikan kepada manusia dengan sempurna, tanpa ada tambahan maupun pengurangan.”¹⁰⁸

Namun yang lebih parah dari itu, tidak beradabnya kepada Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam dalam bentuk penafsiran hadits-hadits beliau tentang Khawarij dengan akal-akalannya, demi mendapatkan pembenaran atas tujuan buruknya, yaitu mencitrakan kejelekan terhadap dakwah tauhid dan sunnah yang diserukan oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah dan para pengikutnya.

Maka insya Allah Ta’ala dengan memohon pertolongan-Nya, kami akan meluruskan penakwilan hadits-hadits yang menyimpang ini dengan penjelasan ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah, Ahlul Hadits wal Atsar.

Poin-poin berikut ini sesuai dengan penomoran yang ada dalam buku Sejarah Berdarah di bawah bab “Hadis-hadis Rasulullah Saw. (shallallahu’alaihi wa sallam, pen) tentang Salafi Wahabi.” (Sejarah Berdarah..., hal. 139)

1. Waktu Kemunculan Mereka adalah “di Akhir Zaman”

Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

ุณَูŠَุฎْุฑُุฌُ ู‚َ ูˆْู…ٌ ูِูŠ ุขุฎِุฑِ ุงู„ ู…َََّّุงู†ِ ุฃَุญْุฏَุงุซُ ุงู„ْุฃَุณْู†َุงู†ِ ุณُ ู‡َََุงุกُ ุงู„ْุฃَุญْู„َุงู…ِ ูŠَ ู‚ُูˆู„ُูˆู†َ ู…ِู†ْ ุฎَูŠْุฑِ ู‚َ ูˆْู„ِ ุงู„ْุจَุฑِ ูŠَّุฉِ ู„ََّ ูŠُุฌَุงูˆِุฒُ ุฅِูŠู…َุงู† ู‡ُُู…ْ ุญَู†َุงุฌِุฑَู‡ُู…ْ ูŠَู…ْุฑُู‚ُูˆู†َ ู…ِู†ْ ุงู„ุฏِّูŠู†ِ ูƒَู…َุง

ูŠَู…ْ ุฑُู‚ُ ุงู„ุณَّู‡ْู…ُ ู…ِู†ْ ุงู„ุฑَّู…ِูŠَّุฉِ ูَุฃَูŠْ ู†َู…َุง ู„َู‚ِูŠุชُู…ُูˆู‡ُู…ْ ูَุงู‚ْ ุชُ ู„ُูˆู‡ُู…ْ ูَ ู†َِِّ ูِูŠ ู‚َ ุชْู„ِู‡ِู…ْ ุฃَุฌْุงุฑุง ู„ِู…َู†ْ ู‚َ ุชَ ู„َู‡ُู…ْ ูŠَ ูˆู…َ ุงู„ْู‚ِูŠَุงู…َุฉِ

“Akan keluar di akhir zaman anak-anak muda yang bodoh, mereka mengucapkan dari ucapan sebaik-baik manusia, iman mereka tidak melewati kerongkongan mereka, mereka keluar dari agama seperti panah yang meleset dari sasarannya, di mana saja kalian temui mereka maka perangilah mereka, karena sesungguhnya dalam membunuh mereka terdapat pahala pada hari kiamat bagi orang yang melakukannya.” [Al-Bukhari dan Muslim]¹⁰⁹

Saudara Idahram membahas hadits ini pada buku Sejarah Berdarah dalam enam halaman (hal. 141-146) tanpa sedikit pun menukil penjelasan ulama ahli hadits, nampaknya dia mau memutus mata rantai pemahaman dengan ulama dahulu.

Dengan akal-akalannya dia memaksakan bahwa yang dimaksud dalam hadits ini adalah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah dan pengikutnya, atau Salafi.

Pembaca yang budiman, mari kita cermati satu persatu penafsiran menurut akal saudara Idahram dan bedanya menurut penjelasan ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah, dan ini sekaligus bantahan terhadap tuduhan dustanya kepada Salafi “memutus mata rantai amanah keilmuan mayoritas ulama.” (Sejarah Berdarah..., hal. 226)

Juga tuduhan dustanya, “kaum Salafi Wahabi mengajak umat untuk tidak menikmati hidangan para ulama, dan mengalihkan mereka untuk langsung merujuk kepada Al-Qur’an dan Sunnah.” (Sejarah Berdarah..., hal. 230)

Ternyata tuduhan dusta ini kembali kepadanya, dalam menafsirkan hadits-hadits tentang Khawarij dia tidak merujuk kepada ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah dari empat mazhab tapi dari akalnya sendiri.

Idahram berkata, “Ini berarti, keberadaan mereka tidak dekat dengan zaman Rasulullah saw. (shallallahu’alaihi wa sallam, pen), alias jauh. Lebih jelasnya, kaum/golongan yang dimaksud dalam hadis ini bukan Khawarij...” (Sejarah Berdarah, hal. 142)

๐Ÿ—ฏJawaban:

๐Ÿ”น️Pertama: Makna “di akhir zaman” dalam hadits ini tidaklah seperti yang dipahami saudara Idahram, bahwa zaman tersebut jauh dari Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam, dan kata jauh itu sendiri tidak berarti akhir.

Apabila kita perhatikan keterangan para ulama, maka makna “akhir zaman” itu bisa memiliki dua makna:

1) Keseluruhan zaman setelah Nabi shallallahu’alaihi wa sallam diutus adalah akhir zaman, termasuk masa Ali bin Abi Thalib radhiyallahu’anhu yang merupakan akhir masa Khilafah Nubuwwah.

Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata tentang kabar-kabar yang benar (yang belum dirubah) dalam kitab Taurat tentang kedatangan Nabi di akhir zaman, “Mereka (orang-orang Yahudi) berkata, sesungguhnya akan diutus Nabi di akhir zaman...”¹¹⁰

Beliau juga berkata, “Dua orang ulama dari kalangan Yahudi mengatakan bahwa negeri ini (Madinah) adalah tempat hijrahnya Nabi di akhir zaman, namanya Ahmad.”¹¹¹

2) Zaman munculnya tanda-tanda kiamat.

Al-Imam Muslim rahimahullah berkata, “Bab Hilangnya Iman di Akhir Zaman”. Lalu beliau menyebutkan hadits tentang tanda-tanda kiamat, Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

ู„ََّ ุชَ ู‚ُูˆู…ُ ุงู„ุณَّุง ุฉَُُ ุญَุชَّู‰ ู„ََّ ูŠ ู‚َُุงู„َ ูِู‰ ุงู„ุฃَุฑْุถِ ุงู„ู„َّู‡ُ ุงู„ู„َّู‡

“Tidak akan terjadi kiamat, sampai tidak
disebut lagi dimuka bumi; Allah, Allah.” [HR. Muslim]¹¹²

Maka jelaslah makna “di akhir zaman” yang pertama adalah Khawarij, sehingga Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata, “Bahwa yang dimaksud akhir zaman dalam hadits ini, yaitu zaman khilafah Nubuwwah (yaitu masa Ali bin Abi Thalib radiyallahu’anhu).”¹¹³

Adapun makna yang kedua, maka tidak ada seorang ulama pun yang mengatakan bahwa yang dimaksud adalah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah dan para pengikutnya, kecuali dikatakan oleh orang-orang tidak suka dengan dakwah tauhid dan sunnah yang beliau serukan.

Bahkan kaum Khawarij itu sendiri tidak khusus di zaman Ali radhiyallahu’anhu, mereka akan terus ada sampai hari ini dan sampai hari kiamat kelak, mereka akan bergabung bersama Dajjal.

Sebagaimana dalam hadits:

ูŠู†ุดุฃ ู†ุดุก ูŠู‚ุฑุคู† ุงู„ู‚ุฑุฃู† ู„َّ ูŠุฌุงูˆุฒ ุชุฑุงู‚ูŠู‡ู… . ูƒู„ู…ุง ุฎุฑุฌ ู‚ุฑู† ู‚ุทุน ู‚ุงู„ ุงุจู† ู…ُุฑ ุณู…ุนุช ุฑุณูˆู„ ุงู„ู„ู‡ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ู„ُูŠู‡ ูˆ ุณู„ู… ูŠู‚ูˆู„ ูƒู„ู…ุง ุฎุฑุฌ ู‚ุฑู†

ู‚ุทุน ุฃูƒุซุฑ ู…ู† ุดُุฑูŠู† ู…ุฑุฉ ุญุชู‰ ูŠุฎุฑุฌ ููŠ ุฑُุงุถู‡ู… ุงู„ุฏุฌุงู„

“Akan muncul sekelompok pemuda yang (pandai) membaca Al-Qur‘an namun bacaan mereka tidak melewati kerongkongannya. Setiap kali muncul sekelompok dari mereka pasti tertumpas”¹¹⁴. (Dalam satu riwayat Ibnu Umar radhiyallahu’anhuma berkata, “Saya mendengar Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam mengulang kalimat, “Setiap kali muncul sekelompok dari mereka pasti tertumpas” lebih dari 20 kali”). Hingga beliau bersabda, “Sampai muncul Dajjal dalam barisan mereka”.” [HR. Ibnu Majah]¹¹⁵

๐Ÿ”น️Kedua: Ulama-ulama besar ahli hadits juga menjelaskan bahwa yang dimaksud dalam hadits ini adalah Khawarij. Sehingga Al-Imam Al-Bukhari rahimahullah menyebutkan hadits ini dalam bab, “Perang Terhadap Khawarij dan Mulhidin Setelah Ditegakkan Hujjah Atas Mereka”¹¹⁶.

Al-Imam Muslim rahimahullah juga meletakan hadits ini dalam bab, “Dorongan untuk Memerangi Khawarij”¹¹⁷.

Al-Imam An-Nawawi rahimahullah berkata, “Hadits ini adalah penegasan wajibnya memerangi Khawarij dan bughot (pengacau), hal ini merupakan kesepakatan (ijma’) seluruh ulama.”¹¹⁸

Al-Qodhi ‘Iyadh rahimahullah berkata, “Seluruh ulama telah ijma’, bahwa memerangi Khawarij dan ahlul bid’ah serta pengacau yang semisal dengan mereka, ketika mereka memberontak kepada penguasa, menyelisihi pemerintah dan mengoyak persatuan masyarakat, maka wajib memerangi mereka setelah diberi peringatan dan himbauan, Allah Ta’ala berfirman:

ูَู‚َุงุชِู„ُูˆุง ุงู„َّุชِูŠ ุชَุจْุบِู‰ ุญَุชَّู‰ ุชَูِู‰ุกَ ุฅِู„َู‰ ุฃَู…ْุฑِ ุงู„ู„ู‡

“Maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah.”
[Al-Hujurat: 9].”¹¹⁹

Alhamdulillah, dengan ini terbantahlah syubhat (kerancuan) saudara Idahram yang “mencoba-coba” menafsirkan hadits dengan akal-akalannya yang pendek dan tidak merujuk kepada ulama ahli hadits, akibatnya adalah kesalahan fatal.

Maka siapakah yang lebih layak menyandang sifat-sifat Khawarij yang seenaknya dituduhkan oleh saudara Idahram; “berumur muda” (pada hal. 143), “orang bodoh” (pada hal. 143), “Berbicara dengan sabda Rasulullah Saw. (shallallahu’alaihi wa sallam, pen), namun iman mereka tidak sampai melewati kerongkongan.” (pada hal. 144)!?

Sesungguhnya tuduhan itu akan kembali kepada penuduhnya jika saudaranya yang dituduh tidak seperti itu, berdasarkan mafhum hadits Nabi shallallahu’alaihi wa sallam:

ู„ََّ ูŠَ ุฑْู…ِู‰ ุฑَุฌُู„ٌ ุฑَุฌُู„ุงุง ุจِุงู„ْ ุณَُُูˆู‚ِ ، ูˆَู„ََّ ูŠَ ุฑْู…ِูŠู‡ِ ุจِุงู„ْูƒُ ุฑَِْ ، ุฅِู„ََّّ ุงุฑْุชَุฏَّุชْ ู„ََُูŠْู‡ِ ، ุฅِู†ْ ู„َู…ْ ูŠَูƒُู†ْ ุตَุงุญِ ุจُู‡ُ ูƒَุฐَู„ِูƒَ

“Tidaklah seorang menuduh orang lain dengan kefasikan dan kekafiran, kecuali akan kembali kepada penuduhnya apabila orang yang dituduh tidak seperti itu.” [HR. Al-Bukhari]¹²⁰

Bersambung ุฅู† ุดุงุก ุงู„ู„ู‡ .. ๐Ÿคฒ

Catatan Kaki:

¹⁰⁶ Pada kata pengantar Said Agil Siraj, hal. 12.

¹⁰⁷ Pada sampul buku bagian belakang.

¹⁰⁸ Tafsir Ibnu Katsir, 7/443.

¹⁰⁹ HR. Al-Bukhari no. 6930 dan Muslim no. 2511 dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu’anhu.

¹¹⁰ Tafsir Ibnu Katsir, 1/325.

¹¹¹ Ibid, 7/258.

¹¹² HR. Muslim no. 392 dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu.

¹¹³ Fathul Bari, 12/287.

¹¹⁴ Hadits yang serupa dengan ini juga diarahkan oleh Idahram untuk menjatuhkan dakhwah salafi (pada hal. 158-162), namun alhamdulillah, dakwah salafiyah tidak pernah tertumpas, baik setelah kemunculan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah maupun sebelumnya. Bahkan para pengikut dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah berhasil mendirikan Daulah Su’udiyyah yang sudah bertahan lebih dari dua abad.

¹¹⁵ HR. Ibnu Majah no. 174 dari Abdullah bin Umar radhiyallahu’anhuma, dan dihasankan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahihul Jami’, no. 8171.

¹¹⁶ Shahih Al-Bukhari Kitab ke- 92 (ูƒุชุงุจ ุงุณุชุชุงุจุฉ ุงู„ู…ุฑุชุฏูŠู† ูˆุงู„ู…ุนุงู†ุฏูŠู† ูˆู‚ุชุงู„ู‡ู… ) Bab ke-5 ( ุจุงุจ ู‚ุชู„ ุงู„ุฎูˆุงุฑุฌ ูˆุงู„ู…ู„ุญุฏูŠู† ุจุนุฏ ุฅู‚ุงู…ุฉ

ุงู„ุญุฌุฉ ู„ُูŠู‡ู… ).

¹¹⁷ Shahih Muslim Kitab ke-13 (ุงู„ูƒَّุงุฉ ) Bab ke 49 ( ุจุงุจ ุงู„ุชَّุญْุฑِูŠุถِ ู„ََُู‰ ู‚َ ุชْู„ِ ุงู„ْุฎَูˆَุงุฑِุฌِ ).

¹¹⁸ Syarah Muslim, 7/169-170.

¹¹⁹ Syarah Muslim, 7/170.

¹²⁰ HR. Al-Bukhari no. 5698 dari Abu Dzar radhiyallahu’anhu.

Sumber: http://www.fb.com/sofyanruray.info | www.sofyanruray.info | @SofyanRuray

✂️Disunting dan dirapiin untuk posted di FB (agar nyaman mengilmuinya), biiznillah, by @nhc ummu my beloved son.

๐Ÿคฒ Semoga Allah ๏ทป senantiasa memberi kita hidayah, taufiq dan petunjuk-Nya diatas agama Islam, dan termasuk kedalam golongan Ahlus Sunnah Wal Jama'ah diatas manhaj Salaf
Aamiin ya Rabb.. .. ๐ŸŒน๐Ÿ’™

Komentar